Disudut kamar yang sunyi,diatas ranjang yang dingin aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata.Tidak ada suara yang terdengar kecuali bunyi jangkrik dikebun belakang rumah.Hah...,aku benar-benar khawatir apa yang akan terjadi kepada kalau ibu tiada.Apakah ada yang berbaik hati menemani tubuhku yang sudah mati ini.Bagaimana aku tidak khawatir dengan masa depan kalau untuk menghirup udara luar saja ibu harus membopongku dipunggungnya.
Ah ibu...,aku teringat kejadian tadi siang saat beliau sedang keluar rumah untuk menjual hasil kebun belakang rumah yang tidak seberapa.Sesaat setelah ibu pergi,aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari dalam perutku.Aku bermaksud untuk beranjak dari tempat tidur,namun karena keadaan sudah tidak memungkinkan dan aku sudah tidak tahan lagi.Maka keluarlah cairan berwarna kuning encer dari perutku.aku ternyata menderita diare.
Pada awalnya cairan tersebut tidak tercium baunya.Namun seiring bertambahnya volume,cairan tersebut mulai menggangguku.Tidak lama kemudian,cairan tersebut mulai tercium keluar.Pada saat itulah petaka dimulai.Gunjingan tetangga yang terdengar samar,terdengar begitu nyaring ditelingaku.Menusuk hatiku dengan begitu keras,membuat tetesan air dari mataku mengalir dengan deras.
Ya...!,aku memang hanya menyusahkanseperti yang mereka katakan.Ya...!,aku memang pantas dibuang saja seperti yang mereka katakan.Ya...!,aku meman seharusnya mati saja seperti yang mereka katakan.Namun,seharusnya mereka tahu.Seandainya aku bisa,sudah dari dulu hal itu aku lakukan.
Saat segalam macam perasaan berkecamuk dihatiku.Ibu datang dengan sebuah kantong kresek ditangannya.Ibu tergopoh-gopoh datang kearahku.Kemudian,tanpa memperdulikan tubuhnya yang renta dia membopongku tubuhku ke kamar mandi yang terletak diluar rumah.Di iringi berbagai macam arti dari sorot mata orang-orang yang menonton kami,ibu membopongku kesana.
Dikamar mandi,ibu memandikanku dan membersihkan celanaku yang kotor.Perlahan dia mengusap air yang mengalir dimataku.Ibu menarik kedua ujung bibirku,kemudian dia memukul-mukulkan telapak tangannya ke dadaku.Setelah itu sambil tersenyum dia mengepalkan tangannya.
Ah ibu...,aku tahu maksudmu.Engkau ingin aku tegar dan menghadapi semua ini dengan senyuman.Baiklah ibu...,aku akan coba.Namun,apa yang terjadi....?.senyuman memang keluar dari bibirku,berbarengan dengan tetesan air mata yang ikut keluar bersamanya.Ibu memeluk tubuhku erat.
***
Tanpa sadar,air mataku pun kembali menetes mengingat kejadian tadi siang tersebut.Yah...,semenjak sakit kuakui aku sering menangis.Akibat terlalu sering menangis tersebut matakupun berangsur-angsur kehilangan cahayanya.
Sesosok tubuh bangun dari bawah samping ranjangku.Seakan tahu aku sedang bersedih,sosok tersebut menghapus air mataku.Kemudian sosok tersebut menarik kedua ujung bibirku,dan memukul-mukul dadaku dengan telapak tangannya yang kasar.Sambil tersenyum dia mengepalkan tangannya,mengulangi apa yang biasa dia lakukan saat dia melihat aku menangis.Dalam pelukannya perasaan khawatir kembali menyapaku.
“Ibu...,kau selalu menyuruhku untuk kuatnamu tahukah engkau bu...?,hanya saat bersama engkaulah aku merasa kuat.Jadi,kalau engkau pergi lebih dulu dariku bu,hanya kepada tuhan aku pasrahkan hidupku sebagaimana yang telah engkau ajarkan kepadaku.Tapi bu,kalau engkau benar-benar pergi mendahuluiku.Satu hal yang paling aku ingin lakukan adalah membalas semua yang kau berikan padaku sebelum aku pergi.Namun,rasanya menyakitkan sekali bu,saat aku menyadari diriku tidak bisa membalas kebaikanmu kepadaku meskipun sekedar ucapan terimasih”.
***
Dengan bekas air mata yang belum kering,aku terlelap dalam pelukan sosok yang paling tegar yang pernah aku temui....
“IBU”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar