Selasa, 15 Juli 2014

Surat Untuk Diriku

14054072992147285682
elfclassroom.com
Dear my self,
Sudah hampir 21 tahun kita bersama dalam menghadapi suka dukanya dunia. Tidak terhitung banyaknya pengalaman yang telah kita lalui dengan segala macam emosi yang bercampur aduk didalamnya. Ya aku tahu, kamu akan dengan senang hati mengajakku ke teras rumah tempat biasa kita melihat manusia lalu lalang dengan secangkir kopi dan benda elektronik ditangan.  Untuk mengenang 21 tahun yang telah kita lalui bersama ini.
Namun bukan untuk mengingat apa yang telah kita lalui bersama yang ingin sampaikan padamu melalui surat ini. Yah, dalam surat ini aku memang ingin kamu mengingat masa lalu kita. Tapi, tidak hanya sekedar untuk menertawakan kebodohan yang telah kita lakukan, tapi lebih dari itu. Aku ingin kamu mengambil pelajaran dari pengalaman tersebut demi kepentingan masa depan kita bersama.
Baiklah kalau kamu malas untuk berpikir aku akan membantumu untuk berpikir sejenak. Karena ini penting untuk kita berdua.
Dear my self,
Tuhan menciptakan manusia bukanlah untuk sebuah kesia-siaan. Ada sebuah alasan besar dibalik keberadaanmu di dunia ini, yaitu untuk menyembah dan berbakti kepadaNYA. Banyak cara yang tuhan berikan kepadamu untuk menjalankan misimu di dunia ini. Salah satunya adalah melalui kontribusimu terhadap sesama. Nah, sekarang lihatlah dirimu, apakah kamu pikir sudah banyak kontribusi yang kamu berikan kepada sesama, atau setidaknya kepda dirimu sendiri…?. Tidak perlu kamu jawab, karena aku sudah pasti tahu jawaban apa yang kamu berikan. Aku bisa membayangkan kepalamu sedang tertunduk malu dengan tangan yang menggaruk-garukkan kepala. Kebiasaanmu saat sedang dalam keadaan gugup dan tertekan masih terbaca jelas, eh…?.
Dear my self,
Aku dalam surat ini tidak posisi memarahimu karena aku benci, tapi karena aku peduli. Coba kamu renungkan, akan jadi apa dirimu 5 tahun lagi, 10 tahun, kalau keadaanmu masih seperti sekarang. Aku yakin, aku bisa melihatmu dengan jelas ditengah kumpulan para pecundang yang bahkan tidak berani menatap wajah para pejuang. Aku tidak mau membayangkan hal buruk yang akan terjadi padamu teman. Tapi, ketidakpedulianmu terhadap masa depanmu yang terlihat dari caramu menjalankan hidup seperti sekarang ini mau tidak mau membuatku membayangkan hal yang buruk tersebut. Rasanya hati terasa sakit sekali saat ini. Hei…, ini baru membayangkan, apalagi kalau ternyata menjadi kenyataan.
Dear my self,
Aku berkata seperti yang diatas bukan untuk menakutimu. Tapi untuk menyadarkan dirimu kalau tuhan tidak akan mengubah takdirmu menjadi lebih baik kalau kamu perbuatan kamu sendiri tidak kau arahkan kesana. Percayalah, tuhan akan memberikan kehidupan yang luarbiasa kepadamu kalau kamu melakukan hal yang luarbiasa. begitu juga sebaliknya, sesuai dengan apa yang kamu lakukan. Yah, kamu pasti tahu kalau kamu menanam pohon mangga yang muncul adalah mangga bukan. Hal yang bodoh kalau mengharapkan anggur yang muncul dari pohon mangga tersebut.
Dear my self,
Sekarang, aku meminta, tidak, aku memerintahkan kamu untuk berubah sekarang…!!!. Tidak ada lagi alasan untuk menunda-nunda pekerjaan yang harus kamu lakukan. Untuk apa mimpi-mimpi itu kamu tulis dan tempelkan di dinding kalau itu cuma sebagai hiasan. Buat apa target-target itu kamu tulis kalau itu cuma sekedar wacana. Cukup dengan wacana kawan, bangkit dan mulai bergerak menuju mimpi-mimpi tersebut.
Terakhir sebelum aku akhiri, setelah kamu memulai kembali langkahmu yang terhenti, jangan pernah lagi kamu berhenti kawan. Aku akan memukul dan menampar kepalamu sekeras mungkin kalau kamu sampai berhenti lagi. Baiklah, kalau kamu tidak mau merasakan ditampar diri sendiri agar terus berjuang atas mimpi-mimpimu. Ingatlah kembali dengan ALASAN kenapa kamu memulainya.
Sampai jumpa di puncak kesuksesan
My regard, yourself and your everlasting friend.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar