twicsy.com |
Sampai sekarang gue masih ingat saat-saat pertama kali hati gue berdedak kencang saat melihat orang yang mengisi hati gue selama 3 tahun di Man 2 bukittinggi. Setelah gue analisis dengan bertapa sambil kayang. Gue mendapatkan beberapa alasan kenapa Rara terlupakan saat itu juga...
alasan pertama mungkin adalah gue dari dasar hati benar-benar bertekad untk ngelupain Rara. Sehingga mungkin secara tidak sadar hati gue mencari penggantinya yang baru. Mungkin karena itulah dia langsung berdetak cepat ketika mendapatkan sinyal-sinyal cinta yang begitu kuat.#aps sih...!
Alasan kedua adalah matanya yang besar seperti bayi terlihat sangat imut dimata gue Apalagi ditambah pipinya yang chubby, memerah saat tertawa dan malu, membuatku terpaku untuk beberapa saat.
#Setelah itu gue langsung mengunjungi tukang tambal ban terdekat.
Alasan yang ketiga dan yang paling nggak bisa membuat gue lupa padanya adalah karena dia yang paling pendek diantara teman-temannya.
Oh ya gue belum memberitahu siapa namanya padamu. Seperti biasa untuk menghormati privasi dan mencegah perang dunia 3 gue memberinya nama samaran, sebut saja dia Nuri. Walaupun gue udah memberi nama samaran gue yakin teman-teman satu angkatan gue waktu Man dulu tahu siapa orangnya.
#siap-siap kabur ke singapura.
Walaupun gue hati gue udah memutuskan untuk menyukainya. Tetap saja, seperti cinta kepada Rara yang sudah pupus. Gue tetap cuma bisa mengagumi dan memandanginya dari jauh. Gue benar-benar lemah kalau masalah bicara dengan cewek. Asal tahu saja, gue ini benar-benar susah untuk bicara dengan cewek cantik, apalagi cewek cantik yang gue sukai.
Tapi, pengalaman gue dengan Rara dimasa lalu membuat gue bertekad untuk mengubah ketakutan gue untuk bicara dengan lawan jenis yang cantik. Salah satu kenangan yang gue ingat tentang susahnya gue berbicara Nuri saat kelas 1. Ketika itu gue sedang duduk sendiri di meja depan kelas, melamun. Nah, saat gue sedang enak-enakan pengen mencoba tidur, tiba-tiba saja, Nuri, duduk di kursi kosong di samping gue.
#Mendadak terjadi gempa setempat dihati gue.
Saat itu gue benar-benar gugup, apalagi saat itu dia mencoba memancing pembicaraaan dengan gue. Tapi, karena gugup ucapan yang keluar dari mulut gue cuma menjawab seadanya kayak pilihan ganda. Mungkin dalam hai dia berkata”tasandek ba a kecek ang ko cok...”,ngomongnya kok tersendat-sendat kayak gitu sih bro”.
Mungkin karena bosan, dengan tanpa suara perlahan dia berjalan menjauh. Meninggalkan gue yang dengan begonya membuang kesempatan untuk lebih dekat dengannya. Gara-gara itu, gue semakin bertekad untuk lepas dari jebakan perasaan minder yang tidak jelas dalam masalah berbicara dengan lawan jenis.
Akhirnya setelah beberapa bulan dengan bantuan teman akrab gue yang ahli dalam soal sosialisasi, gue akhirnya bisa berbicara dengan nuri secara normal. Saking normal gue tanpa sadar terperangkap ke dalam zona yang merah yang paling ditakuti oleh para pengemis cinta, friendzone.
#The moment of silent , please
Lalu, disaat-saat gue cuma bisa memandangi dan mengaguminya dari jauh tiba-tiba petaka datang. Semuanya berawal di suatu pagi yang cerah pada waktu gue kelas 2 , burung murai berkicau dengan bahagia dan gue tidak seperti biasanya datang ke sekolah lebih awal. Pada saat itu, temen gue dekat gue sejak kelas satu datang dengan wajah yang sangat gembira menyapa gue. Karena gue nggak mau dia jadi terkenal, gue kenalkan dia dengan nama Ajeng sang pencari cinta. Bukan karena apa gue ngasih nickname ini, gara-gara dialah gue tertular jadi penulis puisi hingga sekarang.
“Wan … ,” kata Ajeng menunjukkan giginya yang menderita setelah 3 tahun tidak terkontaminasi pepsodent..
“Apa …?” tanya gue dengan heran melihat kegembiraannya yang seperti habis di godain om-om tukang ojek dekat rumahnya.
“Gue punya berita gembira buat lo...” katanya sambil tertawa ngakak. Firasat gue mengatakan ini bukan kabar baik.
“Apaan....?” tanya gue sambil berdoa kalau berita “baik” tersebut benar-benar berita baik.
“ si Nuri udah jadian sama ketua osis kita....” katanya menepuk-nepuk pundak gue sambil tertawa ngakak melihat tatapan wajah gue yang kosong.
Gue benar-benar tidak percaya dengan apa yang Ajeng katakan barusan.
“gue serius bro..., sabar ya....” katanya masih menepuk-nepuk pundak gue walau wajahnya diubah menjadi terlihat sedikit prihatin.
“Jeng....” kata gue menatap ajeng dengan tatapan mata lemah dan tubuh yang seakan kekurangan darah.
“apa....?” tanya lembut , seolah tahu kalau hati gue terguncang dan tidak bisa menerima kenyataaan.
“lo punya golok nggak …”
-___-
Sejujurnya gue benar-benar hancur untuk beberapa waktu. Yah, sulit bagi gue untuk bersikap biasa saja setelah tahu kenyataan itu. Apalagi gue berada dalam satu kelas yang sama dengannya. Tapi nggak ada yang bisa gue lakuin selain mengucapkan mantra kampret dari jauh saat mereka bermesraaan di bawah pohons cemara disamping lapangan upacara. Biasanya disaat-saat seperti itu gue bakalan langsung mengalihkan pandangan ke langit , menatap awan-awan yang berarak, kemudian menari tarian hujan sambil teriak-teriak”AYAMKU MANA....!”.
#keesokan harinya tertulis kabar dikoran seorang anak tewas disambar petir saat sedang menarikan tarian hujan.
Walau bagaimanapun gue ini orangnya sportif. Gue bukanlah tipe orang teman makan teman. Paling banter gue cuma nebar paku dijalan yang pacarnya lewatin ,dapet dari gaji tukang tambal ban lagi.
#Lumayan buat beli tisu buat nangis di wc sekolah.
Jujur, meski gue sempat terluka selama beberapa waktu. Pasti akan tiba saatnya dimana gue harus merelakan kenyataan dan maju kedepan.
Untuk menunjukkan keikhlasan kalau gue rela melepas nuri sebagai gebetan,iya, gebetan. Maka, Suatu hari gue minjam catatannya. Kemudian dimalam harinya, Ditengah terangnya lampu kamar gue yang berwarna putih suci, Gue mencurahkan isi hati gue kepadanya dengan sebuah puisi kerelaan. Gue menulis puisi ini dengan airmata menggenang, sampai rumah gue kebanjiran setinggi paha ayam dewasa, dan tetangga gue ngamuk gara-gara itu.
Setelah selesai menulis puisi yang berisi perasaan gue , gue langsung tidurnya dengan hati yang lega.
-__-
Paginya, setelah menguat-nguatkan diri dengan meminum 3 butir obat kuat merek viagyeahhhh. Gue mendekat ke arah meja tempat Nuri duduk. Gue lihat dia agak kurang enak badan, melihatnya begitu, langsung tanpa mikir panjang gue memeluknya.
#Gue bakalan disantet kalau yang diatas itu beneran.
“Lo nggak apa-apa...?”tanya gue sok tulus.
Dia cuma mengangguk lemah.
“Ntar lihat bagian belakang catatan lo ya...”kata gue dengan lembut. Saking lembutnya gue anginpun tidak tahu apa yang gue ungkapkan.
Kembali dia mengangguk lemah. Gue membalasnya dengan senyuman terhangat yang gue bisa. Walau gue tahu hati gue trenyuh saat melihat senyuman itu.
“Andaikan.....” bisik hati gue yang membuat mata gue ragu untuk tidak menanggapinya, basah.
By the way inilah puisi yang gue tulis dengan hati untuk nuri
Aku Rela…
dimalam yang cerah tanpa noda
bintang bersinar indah tak terkira
nyanyian jangkrik merdu membahana
tak mampu menjadi obat lara
aku merenung seorang diri
meringis meraba hati
saat diriku menyadari
diriku bukan yang kau cintai
mungkinkah aku bisa melupakanmu
disaat cemburu berbalut rindu
disaat sakit belum berlalu
disaat hatiku mendamba hatimu
biarlah…kuikhlaskan hati ini
aku rela melepasmu dewi
kuharap cintaku padamu abadi
cinta tak harus memiliki
Gimana , begitu indah dan memilukan bukan. Gue akui gue tangan gue sangat berat menulis bait terakhir. Cinta tak harus memiliki, adalah ungkapan klasik seorang pecinta yang gagal mendapatkan hati orang yang dicintainya. Ibarat kata pepatah, seseorang jomblo bukan berarti dia tidak mengenal cinta, dia cuma belum bertemu takdir yang tepat.
Akhirnya, setelah memberikan puisi kerelaan tersebut gue tidak lagi mengharapkan lebih dari sekedar teman. Tapi, tetap saja mustahil untuk melupakannya. Bagaimana mungkin gue bisa ngelupain dia kalau setiap hari gue ketemu dengannya di dalam kelas. Bahkan setelah beberapa bulan kami melepaskan baju putih abu-abu gue sempat-sempatnya membuat puisi untuknya.
Harapan Tanpa Makna
ditengah keramaian malam ini
Kesendirian menerpa hati
aku merenung terbawa mimpi
tak mau lepas darimu dewi
aku telah mencoba menyapa hatimu
dalam setiap waktu berjumpa denganmu
bahkan dalam khayalku selalu
namun apa dayaku
cintamu bukan untukku.
Kukenang kembali saat bertemu denganmu
kamu yang terindah diantara bunga yang ku tahu
hanya kamu yang mampu membuatku merindu
dan hanya kamu juga yang mampu membuatku hatiku pilu
Tawamu bagaikan gambaran bidadari
senyummu melukiskan pelangi
semua itu hanya bisa kunikmati
tak pernah bisa kumiliki
Kuingat saat seseorang menyatukan hatimu dengannya
bagiku dunia seakan berputar tanpa makna
aku seperti berjalan tanpa nyawa
bersembunyi dibalik kepalsuan senyum dan tawa
hatiku terasa sakit sekali
berharap semua itu hanya mimpi
dan ketika aku bangun esok pagi
semua normal kembali.
Namun Harapan tinggallah harapan
memilikimu tetaplah hanya bisa kulakukan dalam khayalan
dan dengan kepingan hati dalam dekapan
aku bertahan untuk mencintaimu walaupun tanpa harapan.
Puisi ini sempat mau gue bacakan ke dia sambil di iringi lagu michael jackson yang ada aw-aw nya itu. Tapi, setelah gue pikir-pikir gue bakalan terlihat ngarep banget kalau puisi ini gue bacain untuk dia,padahal emang iya sih. Yah, setelah berpikir panjang 3 hari 3 malam di tengah kegalauan pengen kuliah dimana, gue memutuskan untuk menghapus nomor hape Nuri selamanya dari hape gue.
#walau beberapa hari kemudian gue minta lagi kepada seorang teman.
#hati gue benar-benar belum ikhlas buat ngelepas dia bahkan no hapenya sekalipun.
Sekarang saat ini sudah 2 tahun berlalu sejak terakhir kali gue ngeliat Nuri. Cinta yang dulunya begitu kuat ternyata tidak mampu mengalahkan derasnya laju waktu. Gue udah sanggup dengan bebas ngelupain nuri walaupun tetap menghubungi kontak dengannya.
Cinta gue sama Nuri mungkin sudah pupus, tapi tidak tertutup kemungkinan akan bersemi lagi di masa yang datang. Yah, masa depan itu penuh misteri bukan...?. sekarang , gue sudah kuliah semester 2 jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, UPI Bandung. Untuk sementara ini tidak ada cinta yang benar-benar nyata datang dalam hidup gue. Tapi kalau menyukai Mayuyu, Yagami kumi, dan Kizaki yuria bisa disebut cinta, maka jatuh cinta terhadap 3 orang negeri seberang lautan benar-benar cinta yang bodoh. Namun, gue rasa nggak masalah, sepanjang gue nggak suka sama cowok tomboy aja.
Yap sekian dulu , pada catatan selanjutnya gue bakalan ceritain perjalanan gue merantau dari kota kecil di bukittingi menuju Kampung Inggris di Pare, Pulau Bali, kota pendidikan Yogyakarta, hingga berakhir dikota kembang, tempat gue kuliah saat ini.
じゃ、また 会いましょう
Bandung, 1 april 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar