Senin, 19 Mei 2014

Pentingnya Impian Bagi Gue

dokpri

Impian adalah sebuah tujuan yang dengannya lo bakalan rela untuk terjaga hingga larut malam dan bangun lebih dulu dari matahari tanpa merasa berat sama sekali. Setidaknya begitulah defenisi impian menurut gue. Karena itulah yang gue rasakan saat ini, gue dengan bodohnya masih menulis disaat besok siangnnya gue ada ujian akhir semester. Ok, setelah nulis ini selesai gue bakalan belajar dikit :)*.

salah satu mamfaat memiliki impian mungkin masih banyak. Tapi, apa yang gue utarakan diatas merupakan bagian yang paling menyenangkan saat lo memiliki impian. Hidup terasa bergairah setiap harinya karena memiliki sebuah tujuan untuk dituju. Beda banget kalau lo nggak punya tujuan bro, rasa hampa pasti bakalan menghampiri lo cepat atau lambat.

Nggak gue pungkiri juga, kalau nggak setiap hati gue begini. Bersemangat berjuang untuk meraih impian gue menjadi penulis terbesar dan terkaya sepanjang masa di Indonesia. Pasti ada masanya gue menyerah dengan kebiasaan buruk yang gue telah bersarang dalam diri gue selama bertahun-tahun. Kebiasaan buruk itu adalah kebiasaan menunda dan malas.

Tapi, tahu nggak , impian guelah yang menarik diri gue keluar dari kebiasaan buruk tersebut. Pada saat mood gue sedang bawaannya pengen tidur mulu, impian guelah yang berkata “ eh bro katanya lo pengen jadi penulis terbesar, mana mungkin lo bisa kalau tidur-tiduran disaat seperti ini”. Atau saat gue baru aja mendapatkan anime yang bagus dari teman gue, “ impian gue yang mematikan laptop gue dan mengingatkan gue untuk belajar agar nantinya bisa menulis dan menerbitkan buku dalam bahasa Inggris dan Jepang.Bisa dibayangkan kan gimana enaknya punya impian.

tapi bro, mengejar impian itu nggak semudah yang lo bayangin. Lo bisa lihat betapa banyak orang yang punya impian tapi kemudian menyerah ditengah jalan”.

Gue akui dan tidak mengingkari apa yang lo bilang itu sob. Bahkan guepun sering berpikir untuk menyerah dalam mimpi gue. Kalau gue yang sering membikin semangat gue down saat melihat orang lain yang tulisannya lebih bagus dari gue. Saat itulah percaya diri gue langsung turun. Gue berpikir bisa nggak ya gue nulis yang kayak gini , dan kalimat-kalimat negatif lainnya yang muncul menyerbu semangat gue.

Sangat sulit, gue akui juga sob, melawan pikiran negatif yang muncul di benak kita. Nah, hal yang sering gue lakuin adalah langsung melawannya dengan pikiran positif yang membantah pikiran negatif tersebut. Setelah itu gue langsung memfokuskan pikira gue kepikiran-pikiran gue yang positif tersebut sambil mengambil tindakan.

Ada satu lagi hal yang cukup efektif menurut gue dalam melawan pikiran negatif tersebut. Yaitu berkata dalam hati “emang gue pikirin”atau “bodo amat” dan langsung menambil tindakan yang mengarah kearah impian kita dan berfokus kepada tindakan kita tersebut.

Emang sulit, tapi disitulah proses yang harus kita lalui dalam mengejar impian. Gue juga sering kok terjatuh ke dalam lubang yang gue sebutkan diatas menunda dan malas. Tapi, sekali lagi sob, impian gue menyadarkan gue kalau ada hal yang lebih berguna yang bisa gue lakuin selain tidur-tiduran dan menonton tv.

Udah dulu sob gue mau belajar setelah ini karena gue juga punya impian lain, yaitu tidak ingin menjadikan uang yang orangtua gue habiskan untuk pendidikan gue jauh-jauh sia-sia. Gue pengen memberikan hadiah yang berharga kepada mereka berdua nantinya, apa itu, nanti saja dilain kesempatan gue kasih tahu.

Dan nantikan kehadiran gue sebagai penulis terbesar dan terkaya sepanjang masa di Indonesia.


Pengakuan Seorang Generasi Nilai

beberapa waktu lalu dalam sebuah presentasi dikelas teman saya memaparkan hasil penelitiannya tentang kesulitan belajar anak SMU dalam mata pelajaran bahasa Jepang. Setelah melakukan wawancara, disimpulkan bahwa anak-anak SMU yang di wawancarainya itu sama sekali tidak tertarik dengan pelajaran bahasa Jepang. Yang menarik adalah ketika ditanya bagaimana caranya mereka tetap dapat nilai yang bagus mereka menjawab

tenang aja, udah ada bagiannya masing-masing kok” jawabnya dengan santai.

Kemudian teman saya tersebut menjelaskan kalau dikelas anak yang ditelitinya tersebut sudah ada joki yang membantunya. Joki disini merupakan teman yang ahli dalam mata pelajaran tertentu yang setiap kali ada ujian atau ulangan dia akan membagikan hasil jawabannya kepada setiap orang dikelasnya. Dengan cara inilah anak tersebut bisa mendapatkan nilai bahasa Jepang yang bagus dirapor tapi tidak dikepala.

Saya tertawa nyaris terbahak mendengar hasil penelitian yang dipaparkannya karena teringat masa sewaktu SMU dulu. Sayapun dan sebagian besar teman sayapun melakukan hal yang sama. Meskipun tidak sesistematis anak-anak yang diteliti oleh teman saya tersebut. Tapi, saya pastikan kalau sebagian besar nilai 8 koma yang ada dirapor SMU saya merupakan hasil dari mencontek.

Lalu mungkin ada teman-teman yang heran kok nggak malu sih mengakui kalau nilai rapor SMU saya, SMP juga sih sebenarnya, didapatkan dari hasil yang tidak jujur...?. Sebelum saya menjawabnya, ada baiknya teman-teman memikirkan kenapa saya bisa mencontek tanpa rasa bersalah sama sekali.
  1. Lingkungan yang mendukung.
    Bagaimana mungkin saya bakalan tahan godaan kalau sebagian besar teman saya melakukan kerjasama yang “menyenangkan ini” dalam setiap ujian. Saya yang golongan otaknya tidak terlalu ajaib bakalan berpikir buat apa saya rajin-rajin belajar kalau ada cara yang lebih mudah. Inilah yang disebut oleh guru biologi saya simbiosis mutualisme, hubungan saling membutuhkan. Semuanya demi satu hal , nilai.
  2. Banyaknya jam pelajaran.
    Indonesia, dalam sebuah artikel saya baca merupakan negara yang memiliki jam pelajaran disekolah tertinggi didunia. Yaitu 220 hari dalam setahun. Bisa dibayangkan betapa bosannya hidup kalau dihabiskan dengan belajar dan belajar.
    Bukanlah hal yang mengherankan kalau saya sering pulang saat hari sudah senja dan tertidur lelap sesudah isya karena kelelahan. Tentu saja tidak sempat ngerjain PR yang sedikit dari guru. Lalu , kapan ngerjainnya...?, jangan khawatir, teman-teman saya benar-benar mengaplikasikan sila ke 3 dalam kehidupannya kok. datang aja lebih awal dari biasanya, dan mereka sudah standby didalam kelas dengan PR dan jawabannya sekaligus. Lihat, berkorban datang lebih pagi dari biasanya sudah biasa bagi saya. Semua untuk satu hal, nilai.
  3. Tidak tahu kenapa belajar mata pelajaran itu.
    Saya sewaktu SMU sekolah dimadrasah yang mata pelajarannya nyaris 20 mata pelajaran. Nah, saking banyaknya tentu saja saya bakalan mikir penting tidaknya saya belajar mata pelajaran tersebut. Sehingga, untuk pelajaran yang saya tidak sukai dan tidak tahu kenapa saya belajar pelajaran tersebut, saya tidak pedulikan sama sekali. Walaupun bukunya ada, tapi buku tersebut cuma menjadi pajangan di dalam kamar saya. Tapi, tetap saja nilai saya diatas rata-rata meski saya tahu pelajaran tersebut cuma nama mata pelajarannya doang. Semua itu demi satu hal, biar mama dirumah nggak marah-marah.#ehm...
  4. Agar dapat ranking yang tinggi.
    Ini nih alasan yang paling sering membuat anak-anak yang tulus menuntut ilmu dan tidak mau “bekerjasama” menjadi mencak-mencak. Gimana nggak, mereka yang sudah mati-matian belajar dirumah dan disekolah. Nilai mereka didahului oleh orang-orang yang kerjanya kayak saya, main mulu tapi tetap dapat nilai bagus. Gimana lagi, nilai anda disekolah tidak terletak dikejujuran anda sob, tapi dari nilai diatas kertas. Sekali lagi, semua itu karena nilai.
  5. Kalau nilai nggak cukup nggak lulus sob ! #ColekUN.
    google aja di yahoo, pasti udah banyak yang nulis soal monster sekolah yang satu ini. Untuk menaklukan monster ini membutuhkan nilai yang tinggi. Karena itulah kerjasama yang menyenangkan itu terjadi lagi. Namun skalanya aja yang beda, bukan antar murid lagi, antar sekolah.
Sebenarnya masih banyak lagi sih hal yang menjadi alasan kenapa prilaku mencontek itu merajalela.tapi saya rasa penyebab utamanya adalah sistem pendidikan di Indonesia yang berorientasi nilai dan tidak terarah. Tidak terarah karena banyaknya mata pelajaran dan lamanya jam sekolah seperti yang saya sebut diatas.
Ok , karena tangan sudah pegal saya akan memberikan alasan kenapa saya ngasih tahu darimana nilai rapor saya tersebut.
  1. itu semua udah menjadi sejarah masa lalu.
  2. Saya menyadari kalau mencontek itu buruk karena saat kuliah inilah saya mendapatkan akibatnya. #mending berhenti sakarang deh bagi yang nggak mau rugi.
  3. Mencontek tersebut sudah menjadi hal umum di Indonesia sehingga saya yakin anda yang membaca tulisan ini sebagian besar akan berkata dalam hati “ saya juga seperti ini”. #ayo ngaku.
Yup sekian dulu untuk hari ini, salam....